Blogger templates

Senin, 15 Februari 2016

Mengenal Panglima Burung atau Panglima Perang Dayak

Dalam masyarakat Dayak, dipercaya ada suatu makhluk yang disebut-sebut sangat Agung, Sakti, Ksatria, dan Berwibawa. Sosok tersebut konon menghuni gunung di pedalaman Kalimantan, dan sosok tersebut selalu bersinggungan dengan alam gaib. Kemudian sosok yang sangat didewakan tersebut oleh orang dayak dianggap sebagai Pemimpin spiritual, panglima perang, guru, dan tetua yang diagungkan. Ialah panglima perang Dayak, Panglima Burung, yang disebut Pangkalima oleh orang Dayak pedalaman.


Ada banyak sekali versi cerita mengenai sosok ini, terutama setelah namanya mencuat saat kerusuhan Sambas dan Sampit. Ada yang menyebutkan ia telah hidup selama beratus-ratus tahun dan tinggal di perbatasan antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. 
Ada pula kabar tentang Panglima Burung yang berwujud gaib dan bisa berbentuk laki-laki atau perempuan tergantung situasi. Juga mengenai sosok Panglima Burung yang merupakan tokoh masyarakat Dayak yang telah tiada, namun rohnya dapat diajak berkomunikasi lewat suatu ritual. Hingga cerita yang menyebutkan ia adalah penjelmaan dari Burung Enggang, burung yang dianggap keramat dan suci di Kalimantan.


Ada juga versi yang menceritakan bahwa Panglima Burung adalah gelar yang diberikan kepada seorang Panglima di tanah Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Kehidupan sehari-hari panglima ini seperti orang biasa (cuma tidak menikah) dan sosok panglimanya akan hadir jika terjadi kekacauan di tanah Dayak. Begitu juga dengan Panglima Naga. Panglima Naga adalah warga Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Panglima Naga sudah berpulang, namun beliau memiliki keponakan dan keluarga. Salah satu Keponakan Panglima Naga adalah anggota Dewan Kabupaten Sekadau 2004-2009. Jadi Panglima Burung, Panglima Naga adalah sosok yang benar-benar ada. Begitu versi yang di ceritakan.

Selain banyaknya versi cerita, di penjuru Kalimantan juga ada banyak orang yang mengaku sebagai Panglima Burung, entah di Tarakan, Sampit, atau pun Pontianak. Namun setiap pengakuan itu hanya diyakini dengan tiga cara yang berbeda; ada yang percaya, ada yang tidak percaya, dan ada yang ragu-ragu. Belum ada bukti otentik yang memastikan salah satunya adalah benar-benar Panglima Burung yang sejati.


Banyak sekali isu dan cerita yang beredar, namun ada satu versi yang menurut saya sangat pas menggambarkan apa dan siapa itu Penglima Burung. Ia adalah sosok yang menggambarkan orang Dayak secara umum. Panglima Burung adalah perlambang orang Dayak. Baik itu sifatnya, tindak-tanduknya, dan segala sesuatu tentang dirinya. Lalu bagaimanakah seorang Panglima Burung itu, bagaimana ia bisa melambangkan orang Dayak?. Selain sakti dan kebal, Panglima Burung juga adalah sosok yang kalem, tenang, penyabar, dan tidak suka membuat keonaran. Ini sesuai dengan tipikal orang Dayak yang juga ramah dan penyabar, bahkan kadang pemalu. Cukup sulit untuk membujuk orang Dayak pedalaman agar mau difoto, kadang harus menyuguhkan imbalan berupa rokok kretek.

Dan kenyataan di lapangan membuyarkan semua stereotipe terhadap orang Dayak sebagai orang yang kejam, ganas, dan beringas. Dalam kehidupan bermasyarakat, orang Dayak bisa dibilang cukup pemalu, tetap menerima para pendatang dengan baik-baik, dan senantiasa menjaga keutuhan warisan nenek moyang baik religi maupun ritual. Seperti Penglima Burung yang bersabar dan tetap tenang mendiami pedalaman, masyarakat Dayak pun banyak yang mengalah ketika penebang kayu dan penambang emas memasuki daerah mereka.


Meskipun tetap kukuh memegang ajaran leluhur, tak pernah ada konflik ketika ada anggota masyarakatnya yang beralih ke agama-agama yang dibawa oleh para pendatang. Riuh rendah kehidupan para pendatang tak membuat mereka marah dan tak berubah menjadi ketegangan di ruang yang lingkungannya adalah orang Dayak Ngaju disebut Danum Kaharingan.

Kesederhanaan pun identik dengan sosok Panglima Burung. Walaupun sosok yang diagungkan, ia tidak bertempat tinggal di istana atau bangunan yang mewah. Ia bersembunyi dan bertapa di gunung dan menyatu dengan alam. Masyarakat Dayak pedalaman pun tidak pernah peduli dengan nilai nominal uang. Para pendatang bisa dengan mudah berbarter barang seperti kopi, garam, atau rokok dengan mereka.


Panglima Burung diceritakan jarang menampakkan dirinya, karena sifatnya yang tidak suka pamer kekuatan. Begitupun orang Dayak, yang tidak sembarangan masuk ke kota sambil membawa mandau, sumpit, atau panah. Senjata-senjata tersebut pada umumnya digunakan untuk berburu di hutan, dan mandau tidak dilepaskan dari kumpang (sarung) jika tak ada perihal yang penting atau mendesak.

Lantas di manakah budaya kekerasan dan keberingasan orang Dayak yang santer dibicarakan dan ditakuti itu?. Ada satu perkara Panglima Burung turun gunung, yaitu ketika setelah terus-menerus bersabar dan kesabarannya itu habis.

Panglima burung memang sosok yang sangat penyabar, namun jika batas kesabaran sudah melewati batas, perkara akan menjadi lain. Ia akan berubah menjadi seorang pemurka. Ini benar-benar menjadi penggambaran sempurna mengenai orang Dayak yang ramah, pemalu, dan penyabar, namun akan berubah menjadi sangat ganas dan kejam jika kesabarannya sudah habis.


Panglima Burung yang murka akan segera turun gunung dan mengumpulkan pasukannya. Ritual adat yang di Kalimantan Barat dinamakan Mangkuk Merah akan dilakukan untuk mengumpulkan para prajurit Dayak dari saentero Kalimantan. Tarian-tarian perang bersahut-sahutan, mandau melekat erat di pinggang. Mereka yang tadinya orang-orang yang sangat baik akan terlihat menyeramkan. Senyum di wajahnya menghilang, digantikan tatapan mata ganas yang seperti terhipnotis. Mereka siap berperang, Mengayau (memenggal kepala) dan membawa kepala yang di anggap musuhnya tersebut kemana-mana dan baru bisa berhenti apabila kepala adat yang dianggap perwakilan Panglima Burung menyadarkan mereka.

Inilah yang terjadi di kota Sampit, Kalimantan Tengah beberapa tahun silam, ketika pemenggalan kepala terjadi di mana-mana hampir di tiap sudut kota. Meskipun kejam dan beringas dalam keadaan marah, Penglima Burung sebagaimana halnya orang Dayak tetap berpegang teguh pada norma dan aturan yang mereka yakini. Antara lain tidak mengotori kesucian tempat ibadah agama manapun dengan merusaknya atau membunuh di dalamnya.

Karena kekerasan dalam masyarakat Dayak ditempatkan sebagai opsi atau pilihan terakhir, saat kesabaran sudah habis dan jalan damai tak bisa lagi ditempuh, begitu yang mereka yakini dalam sudut pandang mereka. Pembunuhan, dan kegiatan mengayau, dalam hati kecil mereka itu tak boleh dilakukan, tetapi karena didesak ke pilihan terakhir dan untuk mengubah apa yang menurut mereka salah, itu memang harus dilakukan. Dan inilah budaya kekerasan yang sebenarnya patut ditakuti itu.

Kemisteriusan memang sangat identik dengan orang Dayak. Stereotipe ganas dan kejam pun masih melekat. Memang tidak semuanya baik, karena ada banyak juga kekurangannya dan kesalahannya. Terlebih lagi kekerasan, yang apapun bentuk dan alasannya entah itu balas dendam, ekonomi, kesenjangan sosial, dan lain-lain tetap saja tidak dapat dibenarkan. Mata dibalas mata hanya akan berujung pada kebutaan bagi semuanya. Terlepas dari segala macam legenda dan mitos, atau nyata tidaknya tokoh tersebut.

Senin, 08 Februari 2016

Hukum Archimedes

Pengertian hukum Archimedes

Pernahkah kamu berenang ? ketika kamu berada di dalam air kamu merasakan tubuhmu menjadi lebih ringan, jika kamu berada di kolam yang kedalamannya sama dengan tinggi badanmu maka secara otomatis badanmu akan mengapung Mengapa hal itu dapat terjadi ? hukum Archemedes merupakan salah satu hukum tentang tekanan hidrostatis yang dikemukakan oleh Archimedes seorang ahli matematika yang hidup 2 abad sebelum masehi.

Bunyi hukum Archimedes
Menurut Archimedes” ketika sebuah benda di celupkan atau dimasukkan ke dalam suatu zat cair maka benda tersebut akan mendapat gaya ke atas atau gaya apung yang besarnya sama dengan berat zat yang dicelupkan”. Pernyataan Archimedes tersebut kemudian dikenal sebagai hukum Archimedes.

Gaya apung mengakibatkan berat benda ketika berada di dalam zat cair menjadi berkurang, sehingga benda yang diangkat di dalam zat cair terasa lebih ringan dibandingkan diangkat di darat.. Hal ini disebabkan adanya gaya ke atas yang ditimbulkan oleh air dan diterima benda, sehingga resultan gaya antara gaya berat dan gaya ke atas merupakan berat benda dalam air. Berat benda ketika berada di dalam zat cair disebut berat semu karena bukan berat benda yang sebenarnya.

Rumus hukum Archimedes :
Ws = W - Fa

Dimana
Ws : berat benda di dalam zat cair (Kg⋅m/s2)
W : berat benda yang sebenarnya (Kg⋅m/s2)
Fa :  gaya apung (N)

besarnya gaya apung (Fa) dirumuskan
:
Fa = ρcair Vb g

Dimana
ρcair : massa jenis zat cair (kg/m3)
Vb :  volume benda yang tercelup (m3)
g : percepatan gravitasi (m/s2)

Akibat hukum Archimedes benda yang dimasukkan ke dalam zat cair dapat terapung, melayang, dan tenggelam. Benda akan terapung jika massa jenis zat cair lebih
besar dari massa jenis benda sehingga benda berada di atas permukaan zat cair. Benda akan melayang jika massa jenis zat cair sama dengan massa jenis benda sehingga posisi benda berada diatas dasar zat cair dan di nawah permukaan zat cair. Benda akan tenggelam jika massa jenis zat cair lebih kecil dari massa jenis benda sehingga posisi benda berada pada dasar tempat zat cair.

Aplikasi hukum Archimedes :
Teori hukum Archimedes banyak diaplikasikan dalam beberapa bidang, diantarnya :
a. Pembuatan kapal selam dan kapal laut
Kapal laut terbuat dari besi dan kayu dan mempunyai rongga pada bagian tengahnya. Rongga ini bertujuan agar volume air yang dipindahkan oleh badan kapal besar sehingga kapal laut terapung. Sedangkan pada kapal selam rongga berfungsi untuk menampung air laut yang dapat disimpan dan dibuang sesuai kebutuhan. Pada saat kapal tenggelam rongga berisi air laut dan air laut dikeluarkan pada saat kapal akan mengapung

b. Jembatan proton

Jembatan Proton merupakan jembatan yang tersusun dari drum kosong. Drum kosong berisi udara ditutup rapat sehingga massa jenis drum lebih kecil dari massa jenis zat cair yang menyebabkan drum terapung. Drum ditata sedemikian rupa hingga menyerupai jembatan.

c. Hidrometer
ialah alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis benda

d. Balon udara
Agar dapat terbang balon udara harus diisi dengan zat yang massa enisnya lebih kecil dari massa jenis udara.
Demikianlah sekilas tentang hukum Archimedes dan aplikasinya, semoga bermanfaat.

Rabu, 03 Februari 2016

5 penyebab kenapa suku Dayak sangat di takuti dunia

5 penyebab kenapa suku Dayak sangat di takuti dunia


 Suku dayak adalah salah satu suku paling terkenal di Indonesia. Cara hidup mereka memang jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat Indonesia modern. Namun, mereka melakukan itu untuk melestarikan budaya dan jalan hidup yang mereka terima dari leluhur terdahulu.



Banyak sekali cerita ‘seram’ yang kita dengar jika sedang membicarakan suku Dayak. Suku ini bahkan sempat membuat Belanda kalang kabut di masa penjajahan dan membuat serdadu Belanda ‘pulang kampung’, karena tidak kuat menahan hal-hal mistis yang terjadi di sana. Berikut Boombastis akan membahas beberapa hal yang membuat suku Dayak disegani di dunia.

1. Tato

Image sumber
Dayak adalah salah satu suku yang memiliki kultur tato paling tua di dunia. Setiap tato memiliki arti dan makna tersendiri. Semakin banyak tato yang diukir di tubuh seorang pria Dayak, artinya semakin banyak daerah Dayak yang sudah dia kunjungi. Mengunjungi satu daerah Dayak bukanlah hal yang mudah karena harus menempuh perjalanan beratus-ratus kilometer dengan berjalan kaki dan menerobos hutan liar.

Tato ini sangat terkenal di kalangan para wisatawan asing yang berkunjung ke tanah Borneo. Saking terkenalnya, Anthony Kiedis, vokalis band Red Hot Chillu Peppers pernah datang ke Kalimantan. Vokalis band asal Amerika itu menerobos hutan lebat Kalimantan untuk mendapatkan tato dari suku Dayak asli Kalimantan.


2. Mandau, Parang Mematikan


Mandau adalah semacam parang yang selalu dibawa-bawa oleh pria Dayak. Meskipun sedang tidak ada bahaya atau perang, membawa Mandau memang sudah menjadi kebiasaan dan kewajiban bagi para pria Dayak untuk berjaga-jaga. Meskipun demikian, ada beberapa aturan dalam memakai Mandau. Di antaranya, Mandau tidak boleh digunakan untuk mengancam dan hanya boleh digunakan untuk membela diri.

Mandau juga tidak boleh dikeluarkan sembarangan dari sarungnya. Konon, jika mandau sudah keluar dari sarangnya, mau tidak mau harus ada korban yang tewas. Tidak sedikit saksi mata yang mengatakan bahwa Mandau bisa terbang dan membunuh mengasanya begitu saja, karena parang satu ini memang mempunyai kekuatan magis.

3. Ilmu Gaib

Sebelum beberapa agama mulai populer di tanah Borneo, suku dayak memang menganut paham animisne. Mereka menyembah roh-roh leluhur dan melakukan ritual-ritual pemujuaan pada roh-roh tersebut. Konon, ilmu gaib orang Kalimantan dikirim melalui median angin atau dikenal dengan ‘racun paser’.

Ketika racun paser telah masuk ke tubuh seseorang, maka orang itu akan mengalami gatal-gatal di seluruh tubuh. Kulitnya akan kering seperti dihisap oleh tulang sendiri. Dan rasa gatal tidak hanya terasa di kulit, namun juga terasa sampai ke tulang-belulang. Ilmu-ilmu yang dikirim lewat media yang kasat mata inilah yang membuat misteri di tanah Borneo semakin kental.

4. Sumpit Beracun

Image sumber

Pada jaman penjajahan, ketika Belanda sudah mengenal teknologi pistol dan peluru, masyarakat Dayak hanya melawan mereka dengan sumpit. Senjata yang digunakan dengan cara ditiup ini memang sudah dikenal beracun dan mematikan. Menurut Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chandra Putra, penjajah Belanda sering bilang menghadapi pasukan hantu, karena kedatangan mereka selalu tiba-tiba dan begitu cepat.

Sumpit beracun memang bisa menaklukkan lawannya dengan cara yang cukup sadis. Biasanya, anak sumpit akan diarahkan ke leher. Begitu tertancap anak sumpit, maka korban akan kejang-kejang hingga tewas. Hal mematikan tersebut terjadi hanya dalam hitungan menit.

5. Pasukan Hantu

Ketika Belanda menjajah Indonesia dan datang ke Kalimantan, mereka ketakutan karena tanah Borneo punya pasukan menakutkan yang mereka sebut dengan ‘The Ghost Warrior’ alias ‘Pasukan Hantu’. Ada yang berteori bahwa pasukan hantu sebenarnya adalah para prajurit suku Dayak, namun ada juga yang mengatakan pasukan hantu adalah ‘Panglima Burung’ yaitu makhluk halus yang sangat dipercayai oleh suku Dayak yang tugasnya melindungi segenap suku Dayak.

Menurut cerita orang-orang Dayak yang hidup di jaman penjajahan, Belanda ketakutan pada suku Dayak karena kemampuan perang mereka. Orang Dayak menyerang penjajah dengan menggunakan sumpit dan mandau, yang jika sudah digunakan, pasti menelan korban nyawa. Sementara jika peluru Belanda mengenai orang Dayak, maka korban akan sembuh dengan bantuan sikerei (dukun) setempat dalam hitungan hari. Itulah yang akhirnya membuat Belanda hengkang dari Bumi Borneo.

Itulah tadi beberapa cerita mistis dari suku Dayak Kalimantan. Memang, ada beberapa cerita mistis yang masih perlu diverifikasi kebenarannya, namun kebanyakan orang yang sudah menginjakkan kaki ke tanah Borneo akan merasakan aura mistis tersebut. Mungkin, untuk membuktikan kebenarannya, Anda perlu datang sendiri ke Borneo.

Dan suku Dayak adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang perlu kita lestarikan. Sama seperti budaya lain di Indonesia yang memiliki ciri khas dan keunikannya tersendiri. Selama kita hidup dalam damai dan saling toleransi, Indonesia akan terus menjadi bangsa penuh keindahan yang disegani bangsa lain.

Inilah 2 Presiden Indonesia yang Dilupakan Rakyatnya

Inilah 2 Presiden Indonesia yang Dilupakan Rakyatnya


Selama ini kita selalu menganggap bahwa Indonesia memiliki 7 presiden yang menjabat sejak 17 Agustus 1945 hingga sekarang. Hanya sedikit sekali orang yang tahu bahwa sebenarnya Indonesia memiliki 9 presiden. Dua nama lain mungkin tidak tercatat dalam buku sekolah Anda dan terlupakan begitu saja.
Jika selama ini kita hanya mendengar nama Ir. Soekarno, Soeharto, B.J Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Ir. Joko Widodo, ada dua nama yang kita lewatkan. Mereka adalah Syafruddin Prawiranegara dan Assaat. Berikut ulasan tentang dua presiden yang terlupakan tersebut.

1. Syafruddin Prawiranegara

Syafruddin Prawiranegara
Syafruddin pernah menjabat sebagai presiden dari PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia). Masa jabatannya dimulai pada tanggal 22 Desember 1948 ketika pemerintahan RI di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Ketika itu Agresi Militer Belanda II sedang berlangsung. Belandapun berhasil menangkap presiden Indonesia saat itu, Soekarno, dan wakilnya, Mohammad Hatta.
Syafruddin Prawiranegara
Ketika ditahan, Soekarno mengirimkan pesan rahasia lewat telegram kepada Syafruddin. Isi dari pesan itu adalah perintah untuk Syafruddin (yang kala itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran) untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatera. Atas perintah itulah dibentuk PDRI dan Syafruddin ditunjuk sebagai presidennya.

2. Akhir Masa Jabatan Syafruddin

Akhir Masa Jabatan Syafruddin

Tidak hanya mendapat izin Soekarno, PDRI juga mendapat izin dari negara di dunia internasional untuk berdiri. Sehingga pada 22 Desember 1948 diumumkan berdirinya PDRI. Pada hari itu pula Syafruddin menjabat sebagai presiden Indonesia sementara.
Akhir Masa Jabatan Syafruddin
Setelah Agresi Militer Belanda II selesai, Belanda menarik pasukannya dari Indonesia. Pada 13 Juli 1949, PDRI diserahkan kepada Soekarno yang kala itu telah dibebaskan Belanda. Akhirnya PDRI dibubarkan dan kita kembali pada pemerintahan NKRI dengan Soekarno sebagai presidennya. Syafrudin disebut-sebut sebagai Bapak Penyelamat Republik oleh para sejarawan.

3. Assaat

Assaat

Assaat adalah orang yang pernah menjabat sebagai presiden ketika Indonesia masih menjadi bagian dari RIS (Republik Indonesia Serikat). Pada Desember 1949 Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia kepada tangan Republik Indonesia Serikat. Hal tersebut membuat Soekarno dan Hatta harus menjabat sebagai presiden dan wakil presiden di RIS. Sementara pemerintahan di Republik Indonesia kosong. Lalu Soekarno memerintahkan Assaat untuk menjadi presiden Republik Indonesia.
Assaat
Pada masa jabatannya sebagai presiden sementara di RI, Assat berperan penting sebagai pendiri dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang merupakan kampus pertama yang dibangun oleh negara RI. Assaat dikenal sebagai cendikiawan yang cerdas dan membuat Presiden Soekarno mempercayakan kepemimpinan padanya. Namun, masa kepemimpinan Assaat hanya bertahan kurang dari satu tahun.

4. Akhir Masa Jabatan Assaat

Akhir Masa Jabatan Assaat

Jabatan Assaat sebagai presiden adalah perintah dari Soekarno untuk mengisi kekosongan pemerintahan. Namun, seiring berakhirnya masa jajahan Belanda, Indonesia menuju kestabilan politik. Republik Indonesia dan Republik Indonesia Serikat sama-sama diakui oleh dunia internasional. Keduanya kemudian dilebur menjadi satu menjadi NKRI pada 15 Agustus 1950.
Seiring berlakunya NKRI, masa jabatan Assaat pun berakhir. Negara kembali dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta. Assaat tetap dikenang sebagai orang yang amanah dalam memimpin. Pria asal Sumatera Barat inipun diberi gelar Datuk Mudo, karena dia menjadi orang yang bijak sana meski usianya terbilang muda.
Dua orang di atas mungkin namanya asing di telinga kita. Bahkan mungkin sebagian besar dari kita tidak pernah melihat gambar wajahnya. Namun, kita tetap berhutang budi terhadap keduanya karena pernah memimpin Indonesia di masa-masa genting.
Hendaknya kita tidak melupakan sejarah dan jasa para pahlawan. Tidak cukup dengan hanya mengenang, kita harus menjaga dan memberikan yang terbaik untuk bangsa kita. 

Ketika Gus Dur Masak Sop Ceker

                   Ketika Gus Dur Masak Sop Ceker


Ketika Gus Dur Masak Sop Ceker
Di tengah aku bicara itu, tiba-tiba, pikiranku kembali melayang-layang dan menemukan cerita seorang kawan tentang kisah Gus Dur masak sop ceker dan jeroan ayam. Aku tak tahu apakah ini benar atau humor saja. Tetapi aku mencoba membayangkan sendiri, aku menanyakan hal itu kepada Gus Mus.
<>
”Gus Mus, saya dengar dari cerita seorang teman, saat di Kairo, GD pernah masak sop ceker, ”sewiwi” (sayap), kepala dan jeroan ayam, ya?”.

Gus Mus tertawa terkekeh-kekeh. Beliau tak menjawab. Tetapi aku mengulangi saja cerita itu.

”Konon begini, Gus. Suatu hari Gus Dur bilang mau memasak sop istimewa untuk makan malam bersama teman-temannya.”

Sorenya dia pergi sendiri ke pasar. Di sana dia mencari penjual ayam potong dan meminta ceker, sayap, kepala dan jeroan. GD tahu bagian-bagian tubuh ayam biasanya akan dibuang saja. Jadi bisa gratis. 

Penjual ayam potong itu bertanya, untuk apa, ya sayyidi?. Gus Dur menjawab spontan, ”Untuk makanan kucing di rumah." 

Ia menyembunyikan keinginannya untuk tertawa sendiri.

”Lakin Inta ta’khudz Kitir Awi” (Tapi anda kok mintanya banyak sekali)”. 

”'Aiwah, alasyan Itat Kitsir awi' (ya, karena kucingnya banyak sekali),"jawab Gus Dur dengan kalem dan tidak ketawa.

Gus Dur kemudian pulang membawa semua bagian-bagian tubuh ayam tersebut, lalu memasaknya. Kemudian teman-temannya dipanggil untuk ”mayoran” (pesta makan enak). 

Saat mereka mengetahu apa yang dimasak GD ltu kaki, sayap kepala dan jeroan ayam, mereka bertanya,”Bagaimana sampeyan bisa mendapatkan ini, kok bisa, Gus?. Bagaimana sampeyan bilang kepada penjualnya?"

GD menjawab dengan tenang.”Aku katakan,'ini untuk kucing' Ha ha ha." 

Semua tertawa terbahak-bahak, sambil menikmati makan enak masakan ala Gus Dur.
Mendengar cerita itu Gus Mus, tertawa terkekeh-kekeh. Aku juga.

”Gus, saat di sana, saya juga sering dan suka masak ceker, sayap, kepala dan jeroan ayam itu”. 

Tetapi pada zaman saya, semua bagian-bagian yang dianggap tak berharga itu tidak lagi gratis. Aku terpaksa membayar, meski sangat murah. Rupanya para penjualnya sudah tahu, barang-barang itu bukan untuk kucing, tapi dimakan untuk manusia”.

Ha ha ha, kami berdua tertawa terbahak-bahak lagi.

Itu yang aku dengar dari teman beberapa waktu lalu, Gus.

Gus Mus masih tertawa kecil. Dan aku meneruskan cerita.

”Tapi saya dengar dari kawan lain bahwa saat itu Gus Mus ikut makan dan menikmati masakan Sop ala Gus Dur itu. Katanya yang dibeli Gus Dur itu bukan untuk makanan kucing, tapi anjing. 

Lalu kawan itu menambahkan ceritanya begini,'Ketika beberapa waktu kemudian Gus Dur pindah ke Bagdad, Irak, Gus Mus mencoba meniru Gus Dur, masak sop yang sama. Sampai di tempat, penjual potong ayam itu bertanya, kok lama sekali kalian ngga ke sini, anjingnya bagaimana?'”.

Gus Mus menjawab seenaknya saja, ”Rayih ila Bagdad (Sudah pindah ke Bagdad)."

Kali ini Gus Mus dan aku meneruskan tertawa kerasnya. Kali ini lebih panjang, karena di samping cerita itu lucu, juga jawaban tidak sesuai pertanyaan. 

Gus Mus salah dengar, mengira penjual potong ayam itu bertanya, di mana temanmu itu?, padahal ”bagaimana anjingnya?”. Ha ha ha ha. 





Ketika Polisi Hentikan Mobil Gus Dur

                Ketika Polisi Hentikan Mobil Gus Dur


Ketika Polisi Hentikan Mobil Gus Dur
Suatu hari, Gus Dur mendapat undangan menjadi pembicara di luar kota. Dari rumah Ciganjur, Gus Dur menaiki mobil pribadinya yang dikemudikan Nurudin Hidayat.
<>
Tidak seperti biasanya, kali ini Gus Dur tanpa pengawalan mobil pratoli. Agar cepat sampai lokasi acara, Nuruddin pun menyetir dengan kecepatan tinggi. Tak peduli jalanan ramai, banyak lalu lalang kendaraan lainnya.

Baru berjalan puluhan kilo meter di tengah kota, mobil Gus Dur dibuntuti mobil polisi. Lewat microfon, polisi berteriak meminta mobil Gus Dur menepi di pinggir jalan.

"Selamat siang Pak," kata seorang polisi yang turun dari mobilnya.

"Siang juga," jawab Nuruddin seraya membuka kaca pintu mobilnya.

"Bapak mengemudi dengan kecepatan tinggi, sangat membahayakan," sahut polisi yang dibalas anggukan Nuruddin.

 Setelah beberapa pertanyaan diajukan, tiba-tiba polisi tadi bengong.

"Itu Pak Gus Dur, ya?” Tanya polisi sambil melihat Gus Dur tengah duduk tertidur di sebelah Nuruddin.

"Iya pak."

Tanpa menanyai kesalahan Nuruddin yang mengemudi dengan kecepatan tinggi tadi, polisi mempersilahkan Nuruddin melanjutkan perjalanan lagi. Sudah lolos, polisi malah meminta izin untuk mengawal perjalanan Gus Dur sampai ke lokasi.

Saat Gus Dur bangun, ia bertanya perihal kejadian tersebut.  Nuruddin pun menjelaskan kepada Gus Dur panjang lebar hingga polisi mengawalnya. "Oooo. Belum tahu dia (polisi)," kata Gus Dur sambil tertawa ngakak. (Qomarul Adib)
Ketika Polisi Hentikan Mobil Gus Dur
Suatu hari, Gus Dur mendapat undangan menjadi pembicara di luar kota. Dari rumah Ciganjur, Gus Dur menaiki mobil pribadinya yang dikemudikan Nurudin Hidayat.
<>
Tidak seperti biasanya, kali ini Gus Dur tanpa pengawalan mobil pratoli. Agar cepat sampai lokasi acara, Nuruddin pun menyetir dengan kecepatan tinggi. Tak peduli jalanan ramai, banyak lalu lalang kendaraan lainnya.

Baru berjalan puluhan kilo meter di tengah kota, mobil Gus Dur dibuntuti mobil polisi. Lewat microfon, polisi berteriak meminta mobil Gus Dur menepi di pinggir jalan.

"Selamat siang Pak," kata seorang polisi yang turun dari mobilnya.

"Siang juga," jawab Nuruddin seraya membuka kaca pintu mobilnya.

"Bapak mengemudi dengan kecepatan tinggi, sangat membahayakan," sahut polisi yang dibalas anggukan Nuruddin.

 Setelah beberapa pertanyaan diajukan, tiba-tiba polisi tadi bengong.

"Itu Pak Gus Dur, ya?” Tanya polisi sambil melihat Gus Dur tengah duduk tertidur di sebelah Nuruddin.

"Iya pak."

Tanpa menanyai kesalahan Nuruddin yang mengemudi dengan kecepatan tinggi tadi, polisi mempersilahkan Nuruddin melanjutkan perjalanan lagi. Sudah lolos, polisi malah meminta izin untuk mengawal perjalanan Gus Dur sampai ke lokasi.

Saat Gus Dur bangun, ia bertanya perihal kejadian tersebut.  Nuruddin pun menjelaskan kepada Gus Dur panjang lebar hingga polisi mengawalnya. "Oooo. Belum tahu dia (polisi)," kata Gus Dur sambil tertawa ngakak.

Senin, 01 Februari 2016

Mengenal Asal Usul Suku Dayak

    Suku Dayak adalah nama penduduk pesisir yang diberikan kepada penghuni pedalaman yang mendiami pulau Kalimantan. Ada 5 suku atau suku asli yang mendiami pulau Kalimantan diantaranya Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau dan Tidung. Dahulunya, budaya masyarakat Dayak adalah budaya maritim atau bahari. Hampir setiap nama sebutan kepada orang dayak mempunyai arti yang berhubungan dengan “perhuluan” atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaan.
1

Etimologi

pakayangan.blogspot.com

Istilah Dayak sendiri paling umum digunakan pada orang-orang yang non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau itu. Hal ini berlaku di Malaysia, karena di Indonesia ada beberapa suku-suku dayak yang muslim namun masih dalam ketegori dayak walaupun beberapa diantaranya disebut dengan Suku Banjar dan Suku Kutai.
Banyak sekali etimologi istilah ini, menurut Lindblad, kata dayak sendiri berasal dari kata “daya” dari bahasa Kenyah, yang artinya hulu sungai atau pedalaman. Sedangkan King, lebih menduga bahwa nama dayak bersal dari kata “aja”, sebuah kata dari bahasa Melayu yang berarti asli atau pribumi. King, juga sangat yakin bahwa kata itu berasal dari sebuah istilah Jawa Tengah yang berarti perilaku yang tidak sesuai atau yang tidak ada tempatnya.
2

Sejarah Suku Dayak Secara Umum

agathatourscentralkalimantan.wordpress.com

Secara umum kebanyakan kepualauan Nusantara adalah penutur bahasa Austronesia. Pada saat ini teori yang paling dominan adalah yang dikemukakan linguis seperti Peter Bellwood dan Blust, yaitu tempat asal bahasa Austronesia adalah Taiwan. Kurang lebih sekitar 4.000 tahun yang lalu, sekelompok orang Austronesia mulai bermigrasi ke Filipina. 500 tahun kemudian, ada sekelompok orang yang mualai bermigrasi ke selatan dan menuju kepulauan Indonesia sekarang dan ke arah timur menuju Pasifik.
Namun para orang Austronesia ini bukan penghuni pertama di kepualauan Bornei. Sekitar 60.000 dan 70.000 tahun yang lalu, pada saat permukaan laut mencapai 120 atau 150 meter lebih rendah daripada sekarang dan kepulauan Indoensia pada saat itu berupa daratan (para ahli geolog menyebut dataran ini “SUNDA”), menusia sempat bermigrasi dari benua Asia menuju ke selatan dan mampir ke benua Australia yang pada saat itu tidak terlalu jauh dari dataran Asia.
Para ahli memperkirakan, bahwa dalam rentang waktu yang sangat lama, mereka harus menyebar dan menyusuri sungai-sungai sampai ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Tetek Tahtum, menceritakan migrasi suku Dayak Ngaju dari daerah perhuluan sungai-sungai menuju daerah hilir sungai-sungai.
Di daerah selatan pulau Kalimantan Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam sebuah lisan Dayak pada daerah tersebut sering disebut Nansarunai Usak Jawa, yakni kerajaan Nansarunai dari Dayak Maanyan yang dihancurkan oleh Majapahit, hal ini diperkirakan terjadi sekitar tahun 1309 hingga 1389.
3

Pengaruh Islam Terhadap Suku Dayak

wikimedia.org

Arus yang besar berikutnya datang pada saat pengaruh Islam yang berasal dari kerajaan Demak bersamaan dengan masuknya para pedagang Melayu sekitar tahun 1520. Sebagian besar suku dayak yang berada di wilayah Selatan dan Timur Kalimantan yang memeluk Islam keluar dari suku dayak dan tidak mengakui dirinya sebagai orang dayak, namun menyebut dirinya sebagai orang Banjar dan Suku Kutai.
Sedangkan orang dayak yang menolak agama islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Batang Amandit, Batang Labuan Emas, dan Batangan Balangan. Sebagian lagi terus masuk ke dalam  hutan rimba kalimantan.
Orang dayak yang memeluk agama Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian di Kotawaringin. Salah seorang pimpinan Banjar Hindu yang sangat terkenal adalah Lambung Mangkurat, menurut orang dayak dia adalah suku dayak Ma’anuan atau Ot Danum. Lain halnya orang dayak di Kalimantan Tmur, orang suku Tonyoy-Benuaq yang memeluk agama Islam menyebut dirinya sebagai Suku Kutai.
4

Pembagian Sub-sub Etnis Suku Dayak

dedesyana.wordpress.com

Dikarenakan arus migrasi yang sangat kuat dari para pendatang, Suku Dayak yang masih mempertahankan adat istiadat akhirnya memilih masuk ke pedalaman. Hal ini berakibat, Suku Dayak menjadi terpencar-pencar dan menjadi sub-sub etnis tersendiri.
Menurut J.U. Lontaan di tahun 1975 kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang jumlahnya kurang lebih 405 suku. Masing-masing sub suku dayak yang ada di Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang hampir mirip, hal ini merujuk pada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya maupun bahasa khas yang digunakan.
Menurut J.U. Lontaan, di dalam bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, Etnis Dayak Kalimantan terdari dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil yang menyebar di seluruh Kalimantan.
5

Dayak Pada Saat Ini

https://www.pinterest.com/

Dewasa ini suku Dayak terbagi atas enam rumpun besar, yakni Apokan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Rumpun punan adalah suku Dayak yang paling tua mendiami pulau Kalimantan, sementara suku Dayak yang lain adalah rumpun hasil asimilasi antara Dayak Punan dan kelompok Proto Melayu (moyang dayang yang berasal dari Yunnan). Dari keenam rumpun itu terbagi lagi dalam 405 sub-etnis. Walaupun terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas.
6

Tradisi Penguburan

 http://www.panoramio.com/

Tradisi penguburan dan upacara adat kematian di dalam suku dayak diatur sangat tegas dalam hukum adat. Ada sistem penguburan yang sangat beragam sejalan dengan sejarah yang panjang kedatang manusia di Pulau Kalimantan. Dalam sejarah tersebut terdapat tiga budaya penguburan.
  • Penguburan tanpa wadah dan tanpa bekam dengan posisi kerangka dilipat.
  • Penguburan di dalam peti batu (dolmen).
  • Penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau anyaman tikar. Ini adalah sistem penguburan yang terakhir berkembang di suku dayak.