1
Etimologi
Istilah Dayak sendiri paling umum digunakan pada orang-orang yang non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau itu. Hal ini berlaku di Malaysia, karena di Indonesia ada beberapa suku-suku dayak yang muslim namun masih dalam ketegori dayak walaupun beberapa diantaranya disebut dengan Suku Banjar dan Suku Kutai.
Banyak sekali etimologi istilah ini, menurut Lindblad, kata dayak sendiri berasal dari kata “daya” dari bahasa Kenyah, yang artinya hulu sungai atau pedalaman. Sedangkan King, lebih menduga bahwa nama dayak bersal dari kata “aja”, sebuah kata dari bahasa Melayu yang berarti asli atau pribumi. King, juga sangat yakin bahwa kata itu berasal dari sebuah istilah Jawa Tengah yang berarti perilaku yang tidak sesuai atau yang tidak ada tempatnya.
2
Sejarah Suku Dayak Secara Umum
Secara umum kebanyakan kepualauan Nusantara adalah penutur bahasa Austronesia. Pada saat ini teori yang paling dominan adalah yang dikemukakan linguis seperti Peter Bellwood dan Blust, yaitu tempat asal bahasa Austronesia adalah Taiwan. Kurang lebih sekitar 4.000 tahun yang lalu, sekelompok orang Austronesia mulai bermigrasi ke Filipina. 500 tahun kemudian, ada sekelompok orang yang mualai bermigrasi ke selatan dan menuju kepulauan Indonesia sekarang dan ke arah timur menuju Pasifik.
Namun para orang Austronesia ini bukan penghuni pertama di kepualauan Bornei. Sekitar 60.000 dan 70.000 tahun yang lalu, pada saat permukaan laut mencapai 120 atau 150 meter lebih rendah daripada sekarang dan kepulauan Indoensia pada saat itu berupa daratan (para ahli geolog menyebut dataran ini “SUNDA”), menusia sempat bermigrasi dari benua Asia menuju ke selatan dan mampir ke benua Australia yang pada saat itu tidak terlalu jauh dari dataran Asia.
Para ahli memperkirakan, bahwa dalam rentang waktu yang sangat lama, mereka harus menyebar dan menyusuri sungai-sungai sampai ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Tetek Tahtum, menceritakan migrasi suku Dayak Ngaju dari daerah perhuluan sungai-sungai menuju daerah hilir sungai-sungai.
Di daerah selatan pulau Kalimantan Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam sebuah lisan Dayak pada daerah tersebut sering disebut Nansarunai Usak Jawa, yakni kerajaan Nansarunai dari Dayak Maanyan yang dihancurkan oleh Majapahit, hal ini diperkirakan terjadi sekitar tahun 1309 hingga 1389.
3
Pengaruh Islam Terhadap Suku Dayak
Arus yang besar berikutnya datang pada saat pengaruh Islam yang berasal dari kerajaan Demak bersamaan dengan masuknya para pedagang Melayu sekitar tahun 1520. Sebagian besar suku dayak yang berada di wilayah Selatan dan Timur Kalimantan yang memeluk Islam keluar dari suku dayak dan tidak mengakui dirinya sebagai orang dayak, namun menyebut dirinya sebagai orang Banjar dan Suku Kutai.
Sedangkan orang dayak yang menolak agama islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Batang Amandit, Batang Labuan Emas, dan Batangan Balangan. Sebagian lagi terus masuk ke dalam hutan rimba kalimantan.
Orang dayak yang memeluk agama Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian di Kotawaringin. Salah seorang pimpinan Banjar Hindu yang sangat terkenal adalah Lambung Mangkurat, menurut orang dayak dia adalah suku dayak Ma’anuan atau Ot Danum. Lain halnya orang dayak di Kalimantan Tmur, orang suku Tonyoy-Benuaq yang memeluk agama Islam menyebut dirinya sebagai Suku Kutai.
4
Pembagian Sub-sub Etnis Suku Dayak
Dikarenakan arus migrasi yang sangat kuat dari para pendatang, Suku Dayak yang masih mempertahankan adat istiadat akhirnya memilih masuk ke pedalaman. Hal ini berakibat, Suku Dayak menjadi terpencar-pencar dan menjadi sub-sub etnis tersendiri.
Menurut J.U. Lontaan di tahun 1975 kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang jumlahnya kurang lebih 405 suku. Masing-masing sub suku dayak yang ada di Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang hampir mirip, hal ini merujuk pada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya maupun bahasa khas yang digunakan.
Menurut J.U. Lontaan, di dalam bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, Etnis Dayak Kalimantan terdari dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil yang menyebar di seluruh Kalimantan.
5
Dayak Pada Saat Ini
Dewasa ini suku Dayak terbagi atas enam rumpun besar, yakni Apokan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Rumpun punan adalah suku Dayak yang paling tua mendiami pulau Kalimantan, sementara suku Dayak yang lain adalah rumpun hasil asimilasi antara Dayak Punan dan kelompok Proto Melayu (moyang dayang yang berasal dari Yunnan). Dari keenam rumpun itu terbagi lagi dalam 405 sub-etnis. Walaupun terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas.
6
Tradisi Penguburan
Tradisi penguburan dan upacara adat kematian di dalam suku dayak diatur sangat tegas dalam hukum adat. Ada sistem penguburan yang sangat beragam sejalan dengan sejarah yang panjang kedatang manusia di Pulau Kalimantan. Dalam sejarah tersebut terdapat tiga budaya penguburan.
- Penguburan tanpa wadah dan tanpa bekam dengan posisi kerangka dilipat.
- Penguburan di dalam peti batu (dolmen).
- Penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau anyaman tikar. Ini adalah sistem penguburan yang terakhir berkembang di suku dayak.
0 komentar:
Posting Komentar